Senin, Juni 13, 2011

Jadi Pemimpin


Jika setiap saat kita selalu menayakan, “Apa hak-hak saya ?” itu artinya kita termasuk golongan bawahan. Sedang, jika kita lebih suka bertanya “Apa tanggung jawab saya ?” itu berarti termasuk golongan pimpinan. Wajar saja, mestinya memang demikian. Selain itu, seorang bawahan biasanya orang yang bekerja lebih terdorong oleh emosinya. Sementara, seorang pemimpin, bekerja, atau berbisnis lebih karena terdorong oleh karakternya.
Saya juga melihat, jika seorang bawahan merasa senang, biasanya ia melakukan pekerjaan atau tugasnya dengan benar. Itu lain dengan pimpinan. Dia akan selalu berusaha melakukan segala pekerjaannya dengan benar, kemudian dia akan merasa senang dengan prestasi kerjanya itu. Pendeknya, bawahan itu bekerja atau melaksanakan tugas karena terdorong oleh kesenangan, dan bukan terdorong oleh komitmen seperti biasa dilakukan oleh seorang pemimpin.

Perbedaan lain yang cukup menonjol antara keduanya, menurut pakar leadership, John C Maxwell, yaitu seorang bawahan itu sukanya selalu menunggu momentum, barulah dia mau bergerak. Sikapnya lebih mengendalikan tindakan, dan berhenti ketika masalah timbul. Sementara, kalau kita sebagai pemimpin maka kita akan lebih cenderung menciptakan momentum. Sedang, tindakannya lebih mengendalikan sikapnya seorang pemimpin dan seorang pemimpin justru akan meneruskan usahanya ketika masalah timbul.

Seorang bawahan itu jika membuat keputusan apapun selalu berdasarkan popularitas. Berbeda dengan pemimpin yang setiap membuat keputusan apapun, termasuk dalam bisnisnya, adalah lebih berdasarkan ada perinsip dan bukan popularitas. Sehingga, tidak mengherankan kalau seorang pemimpin itu tidak suka bersikap murung dalam menggeluti bisnisnya. Sebaliknya, dia akan selalu mantap menekuni bisnisnya.
Karena itu, saya berpendapat, sekarang ini kita lebih baik menjadi ikan besar di kolam kecil daripada harus menjadi ikan kecil di kolam besar. Artinya, kita lebih baik menjadi pemimpin, walau bisnis kita kecil dan anak buah sedikit, daripada kita harus ikut orang lain sekalipun bisnisnya sudah besar. Memang, menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah. Tapi yakin saja, sebab kita masing-masing memiliki kapasitas kepemimpinan.

Jika bekerja pada perusahaan besar sebagai bawahan, tentu kita tidak bisa berbuat banyak, atau tidak bisa mempengaruhi kebijakan perusahaan. Naiknya karier kita pun jelas membutuh waktu yang lama. Tapi lain halnya, kalau kita bekerja pada perusahaan yang masih kecil, maka peluang untuk mengembangkan bisnis lebih besar. Sehingga karier kita pun akan cepat berkembang pula. Kita jadi punya andil untuk mengembangkan usaha menjadi besar, dan akhirnya kita akan lebih cepat jadi pemimpin perusahaan.
Kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak akan membuat kita berhenti bekerja, kalau kita mempunyai jiwa kepemimpinan. Tapi sebaliknya, kalau kita terus menerus menjadi bawahan, akibatnya kita tidak punya keberanian menjadi pemimpin. Kita juga tidak akan memiliki keberanian untuk mencoba punya bisnis sendiri. Akhirnya sekarang, kita hanya memiliki dua pilihan: Kita menyerah saja menjadi bawahan atau kita tetap berusaha untuk menjadi seorang pemimpin.

Kita sendirilah yang bisa “memotret diri” kita sendiri, dan bukan orang lain. Dan, kita memang harus bisa tumbuh sendiri, tidak soal seberapa besar perusahaan atau bisnis yang dipimpin. Tapi yang penting, kita dengan sadar telah membangun diri kita menjadi pemimpin. Anda berani memimpin ?
Read More / Selanjutnya....

Senin, Mei 02, 2011

Speaker System

Sering kita menggunakan speaker atau ear phone pada saat mendengarkan musik atau mendengarkan pembicaraan pada saat menggunakan handphone. Bagi kita orang - orang yang sibuk dalam bekerja kadang kala membutuhkan relaksasi dan cara menghibur diri dengan musik adalah salah satu hal yang paling dekat atau mudah.
Dan banyak orang yang tidak perduli ada apakah dalam ear phone, head set atau speaker kita.

Speaker Driver Cross Section




Speaker terdiri dari satu atau lebih unit driver dalam sebuah kotak. Driver ini dibangun dari rangka logam untuk yang melekat kerucut, terbuat dari kertas atau plastik dan kadang - kadang logam.
Pada bagian belakang kerucut terpasang sebuah kumparan kawat Voice Coil ( "coil suara")
Kedua ujung kumparan suara yang terhubung ke jaringan crossover,
Kumparan suara disimpan terpusat dengan membran "spider" yang melekat pada koil suara. bagian belakang tersebut ada sebuah lubang memungkinkan udara masuk ke bagian belakang dan menyebabkan kerucut bergerak, dan ditahan topi kerucut debu di udara dari terus masuk melalui depan.
Sebuah karet surround di tepi luar kerucut memungkinkan untuk membuat gerakan fleksibel.
Dalam kasus sebuah Tweeter, kerucut sangat ringan, mungkin terbuat dari sutera, dan menempel langsung ke koil suara. Hal ini tidak terikat pada bingkai atau karet surround karena itu perlusecara massal sangat rendah untuk merespon dengan cepat untuk frekuensi tinggi.
Read More / Selanjutnya....

Komentar posting Santai Disini yuk ... !!! Terima Kasih.

Posting terkini